Thursday, 9 May 2013

Bp. Sobri Sang Pahlawan (Budak Panci)


 Ada cerita menarik selama sang Lurah Abung Selatan, Sobri, berupaya menyelamatkan warganya yang disekap. Niatan membantu warganya yang disekap tersebut bermula dari laporan warganya yang telah lolos dari pabrik tempat bekerja, Junaidi . Kepada Sobri, dia mengaku bagaimana majikan dan para centeng di pabrik kuali memperlakukan dirinya dan beberapa temannya yang masih berada di pabrik tersebut.
Mendengar cerita warganya, Sobri merasa geram. Dia lantas meminta warganya melaporkan kejadian yang menimpanya itu ke Polsek Abung Selatan untuk diproses hukum. Saat di kantor polisi baru diketahui ada satu warga lainnya yang telah terlebih dulu berhasil meloloskan diri, Andi Gunawan, yang juga melaporkan hal serupa yang dialami Junaidi. Usai melaporkan apa yang dialami Junaidi, Sobri bersama dua orang tua korban yang masih disekap di Tangerang menyeberang pulau menuju lokasi penyekapan, Jumat 24 April.


Tempat pertama yang dituju adalah Polres Tangerang. "Di sana laporan belum bisa diterima. Alasan, bukti-bukti tidak cukup," cerita Sobri. Akhirnya dia dan dua orangtua korban diantarkan ke Polsek Pasar Kamis oleh dua orang petugas piket Reskrim. Namun di sana, dia lantas diantarkan ke Polsek Sepatan. Di sana Kapolseknya bilang, Pak Yuki (pemilik pabrik kuali) orangnya baik, usahanya legal itu. Tidak mau berdebat, Sobri hanya manggut saja dengan ucapan perwira tersebut. Sampai akhirnya pejabat Polsek itu menelepon pemilik pabrik untuk membawa Sobri ke lokasi pembuatan kuali. Sobri pun diantar bawahan Kapolsek berpangkat perwira pertama. "Di jalan saya dibilang kalau di sana rawan, jangan berkeras untuk bawa warganya pulang," cerita Sobri. Lagi-lagi Sobri manut. Alasannya dia tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan berakibat fatal pada dirinya. "Apalagi saya di wilayah orang," katanya. Sesampainya di lokasi, dia hanya bertemu dengan lima warganya. Meski kelima warganya mengaku dalam kondisi baik, namun apa yang dilhat Sobri tidak bisa dipungkiri. "Mereka sudah bukan kayak manusia lagi, badan mereka kurus, ada yang kena koreng, enggak pakai baju," tutur Sobri. Usai melihat warganya itu, Sobri memutuskan pulang ke Lampung dengan tangan hampa. Rentang waktu lima hari kemudian, dia melaporkan apa yang dialami warganya itu ke KontraS dan Komnas HAM. Jumat (3/5/2013), berkat koordinasi Komnas HAM dengan Polda Metro Jaya dan Mabes Polri, 34 buruh berhasil dievakuasi. Sobri turut dalam penggerebekan itu. Hari itu dia melihat dengan jelas bagaimana kondisi ruangan yang ditempati para pekerja. Ruangan berukuran sekitar 8X8 itu lembab, gelap, tidak ada kasur, yang ada cuma selembar tikar dengan lantai basah, tertutup sirkulasi udara. Dalam kondisi tersebut kamar itu dihuni oleh 34 orang, bahkan terkadang mereka harus tidur dalam kondisi duduk. "Saya lihat mereka korengan, kurus, kotor. Tiga bulan mereka tidak pernah salin baju. Terus, mereka selama bekerja di sana seluruh barang bawaan mereka disita dan hanya baju yang menempel di badan saja yang tidak disita," kata sobri. Selain itu menurut pengakuan para korban mreka untuk mandi saja mnggunakan sabun colek. Polisi menggerebek pabrik itu pada Jumat (3/5) lalu. Saat penggerebekan para buruh mengenakan pakaian yang sudah tidak layak, serta kondisi badan buruh nampak tidak sehat dan juga tidak terawat, rambut coklat, kelopak mata gelap, berpenyakit kulit seperti kurap dan gatal-gatal. Polisi kemudian mengamankan 25 buruh, 5 mandor, dan pemilik pabrik berinisial JK serta istrinya dan Kepada Desa Lebak Wangi ke Polresta Tangerang untuk dimintai keterangan. Dari hasil rekonstruksi petugas, diketahui bila para tersangka kerap menyiksa para buruh dengan cara memukul, menampar, menyundut dengan rokok, bahkan disiram dengan air panas. Baca Juga Ini yang Bikin Pemilik Pabrik Kuali Ditakuti Buruh (Perbudakan Di Pabrik Panci)

No comments:

Post a Comment

Entri Populer